Minggu, 09 Februari 2014



1.      Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk.Manusia mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : barat, timur tengah, dan timur.
Kita di indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang-orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa timur yang tidakindividualistis dan saling tolong menolong satu sama lain
Suku-suku yang ada di Indonesia ini diatur dengan baik oleh pemerinta dan masyarakat setempat bahkan dilindungi oleh pemerintah supaya jangan terkikis oleh zaman yang semakin tidak baik.
Kegitan-kegiatan selalu dibuat oleh pecinta adat daerah untuk mempromosikan dan melestarikan adat suku-suku yang ada di Indonesia supaya adat suku-suku yang ada di Indonesia itu di kenal daerah lain bahkan bangsa lain mengenal dan mengetahui.bangsa Indonesia sangat memperjuangkan adat suku-suku yang ada, karna semuanya itu adalah harga diri dari pada bangsa Indonesia,
Pemerinta Indonesia berusaha untuk mempertahankan adat  yang kita miliki. Supaya bangsa Indonesia tidak dianggap lemah oleh negara-negara tetangga.
Dalam sistem pemerintah Indonesia tidak ada diskriminasi antara adat suku-suku, semua disamakan hak dan kewajibannya di dalam bermasyarakat umum, karana suku-suku ini adalah aset bangsa yang tak terhingga nilainya. Adat dalam setiap suku-suku yang ada dalam ruang lingkup suatu bangsa merupakan hal terpenting dalam pembangunan bangsa untuk lebih maju lagi,  pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari suku-suku yang ada di daerah tersebut.
Sesuai dengan sudut pandang dari penulis, bahwa suku-suku yang ada di Indonesia sangat banyak ragamnya, tapi keragaman tersebut merupakan pemicu untuk lebih maju dan berkembang, dilihat dengan adanya kata-kata Bhinneka Tunggak Ika (walupun berbeda-beda tatapi tetap satu jua) ini adalah semboyan para nenek moyang kita dizaman dulu tetapi terpancar sampai sekarang.
Salah satu kelurahan  yang ada di Kabupaten Tapanuli tengah propinsi sumatra utara merupak tempat suku-suku bernaung dan beraktifitas dalam melangsungkan hidupnya, terlihat dengan banyaknya penduduk didaerh tersebut berdatang dari berbagai daerah bemacam-macam suku dan adat istiadat mereka bawa dan bercorak ragam manusia.
Kelurahan tersebut adalah kelurahan sibabangun yang terletek dipinggiaran kabupaten tapanuli tengah dengan luas 1.380 Ha, disinilah banyak suku-suku adat istiadat bernaung, seiring dengan waktu berjalan suku-suku tersebut semakin berbaur dengan suku-suku yang lain, terbukti dengan adanya perkawinan antar suku-suku, hadirnya suku yang lain untuk memeriahakan suku yang lain, saling menghormati antara pemuka-pemuka adat dalam melaksanakan adat suku, keharmonisasian itu sangat mereka hargai antara suku-suku, terutama dalam menjalankan upacara adat istiadat dari setiap suku semua suku saling membantu agar tercipta kesuksesan dalam melaksanakan upacara adat.
Suku batak toba dan suku niasa adalah dua suku yang berada dikelurahan sibabangun yang sangat menonjol dalam permukaan peradatan yang ada, suku ini adalah  nomor 1dan 2 terbesar dikelurahan sibabangun.
Suku batak toba pada umumnya banyak didaerah balige,tarung, sidingkalang dan banyak lagi daerah yang mereka tempati, suku nias datang dari gunung sitoli dan nias selatan(teluk dalam).
Pada kesempatan ini kedua suka tersebut sangat harmonis dan bergandengan tangan, tapi penulis tidak mengetahui dimana letak keharmonisasian kedua suku tersebut.
Hal ini lah yang melatar belakangi penulis tertarik melakukan penelitian “Harmonisasi Antara Suku Batak Toba dan Nias Dikelurahan Sibabangun”
2.      Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis maka, penelitian ini dilakukan hanya di Kelurahan Sibabangun yang berada di Kecamatan Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah.
3.      Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah Keharmonisasian antara Suku Batak toba dan Nias di Kelurahan sibabangun?
2.      Kendala-kendala apa sajah yang di hadapi suka batak toba dan nias dalam membina harmonisasi antar suku di Kelurahan Sibabangun?
4.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dengan  dilaksanakannya penelitian ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui Bagaimanakah tingkat Keharmonisasian antara Suku Batak toba dan Nias di Kelurahan sibabangun.
2.      Untuk mengetahui Kendala-kendala apa sajah yang di hadapi suka batak toba dan nias dalam membina harmonisasi antar suku di Kelurahan Sibabangun.

5.    Manfaat Penelitian
1.      Penelitian diharapakan dapat berpartisipasi dalam pengembangan  kebudayaan yang ada di Indonesia
2.      Sebagai bahan masukan buat masyarakat unutuk lebih maju lagi terutama Kabupaten Tapanuli tengah Khususnya Kecamatan sibabangun.

6.    Kerangka Teori
6.1      Pengertian Harmonisasi
Pengertian harmonisasi adalah suatu upaya dalam mencari keselarasan. Namun, pengertian harmonisasi dalam akuntansi adalah suatu proses untuk meningkatkan komparabilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. [1]
Pengertian harmonisasi standar akuntansi dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional”.[2]
6.2  Pengertian Suku
Suku adalah bagian dari sesuatu, misalnya:
1.    Suku bangsa
2.    Suku dinas
3.    Suku cadang
Suku bangsa memiliki struktur sosial yang  jelas dan tertata baik sejak dulu kala, khususnya di antara masyarakat Maluku, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, Kepulauan Timor dan Tanah Papua. Dalam pengertian suku bangsa, Suku ialah unit sosial MADAT tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga (dalam Bahasa Ambon) dikenal sebagai mataruma). Setiap marga atau mataruma atau fam memiliki minimal satukeluarga .Dalam kasus unik, khususnya di antara bangsa Papua ada contoh di mana satu margahanya terdiri dari satu keluarga atau satu Suku memiliki satumarga saja.
Di Sumatera Barat, suku merupakan sebutan untuk bagian-bagian dari suku Minangseperti suku Sikumbangdan lain-lain. Suku dalam pengertian ini setara dengan marga dalam suku Batakatau mataruma dalam Suku Ambon. Adapun di Sumatera Selatan, terdapat berbagai macam suku dari yang suku - suku kecil mapupun suku - suku besar.
Di Kabupaten Lahat terdapat suku Besemah, suku Lintang, suku Gumaidan berbagai macam nama suku - suku lainnya. Sama dengan daerah
Sumatera Barat, suku dalam pengertian ini setara dengan marga dalam suku Batak. Dalam hal ini kata suku harus dibedakan dengan istilah suku bangsa atau kelompok etnik. Istilah kelompok etnik (ethnic group) juga kurang tepat menggambarkan suatu suku bangsa.4

6.3  Suku Batak Toba
Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural, Batak Toba tidak mesti tinggal diwilayah geografis Toba, meski asal-muasal adalah Toba.[3] Sebagaimana suku-suku bangsa lain, suku bangsa Batak Tobapun bermigrasi kedaerah-daerah yang lebih menjanjikan penghidupan yang labih baik. Contoh, mayoritas penduduk asli Silindung adalah marga-marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea dan Lumbantobing.
Pada hak keenam marga tersebut adalah turunan Guru Mangaloksa yang adalah salah- seorang anak Raja Hasibuan diwilayah Toba. Kedua marga ini adalah turunan leluhur yang sama. Batak Toba sebagai kesatuan kultural pasti dapat menyebar ke berbagai penjuru melintasi batas-batas geografis asal leluhurnya, si Raja Batak yakni wilayah Toba yang secara spesifikialah Desa Sianjur Mulamula terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit, kira-kira 45 menit berkendara dari Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir, samapa sekarang.
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah Belanda membentuk Kepresidenan Tapanuli pada tahun1910, sehingga terbagi atas 4 (empat) wilayah yang disebut afdeling dan saat ini dikenal dengan kabupaten ataukota, yaitu:
1.      Afdeling padang sidempuan, yang sekarang menjadiKabupaten Tapanuli selatan,Kabupaten Mandailing Natal,Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Kota Padang sidempuan.
2.      Afdeling Nias, yang sekarang menjadi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
3.      Afeling Sibolga dan Ommenlanden, yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.
6.4         Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakatyang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/ keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.
Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta: Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
7.    Metode Penelitian
7.1  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Sibabangun Kecamatan sibabangun  Kabupaten Tapanuli Tengah.
7.2  Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan pedoman bagi peneliti tentang bagaimana langkah-langkah suatu penelitian dilakukan. Oleh karna itu metode apapun yang digunakan berkaitan dengan prosedur dan teknis desain penelitian yang dilakukan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif  yang menggunakan pengkajian data secara deskriptif  yaitu analisa data yang berusaha memberikan gambaran yang  jelas terperinci dan berdasarkan kenyataan yang ditemukan dilapangan.
7.3  Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informen dalam penelitian ini adalah orang yang bisa diminta keterangan yang mengetahui keberadaan harmonisasi antara suku batak toba dan nias dikelurahan sibabangun
No
Nama
Keterangan
1
Ramlan Lubis. SP
Lurah sibabangun
2
Arsen Tumanggor
Kepling I
3
Musa Harahap
Kepling II
4
Raja Oloan Manullang
Tokoh masyarakat Batak Toba
5
Deliato Zendrato
Kepala Desa Sibio-bio
6
Leombowo Loali
Kepala dasa Huta gurgur
7
Oto’oni Halawa
Tokoh masyarakat Nias
Sumber: Kantor Lurah sibabangun, Tahun 2012
7.4  Defenisi konsep
Defenisi konsep adalah suatu makna yang ada dalam pemikiran atau dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.[4]
1.         Harmonisasi adalah suatu keselerasan dalam menjalankan suatun tindakan
2.         Suku ialah unit sosial (MADAT) tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga
3.         Batak toba dan Nias adalah Sekelompok suku yang mempunyai masyarakat adat dan marga yang tinggal diberbagai daerah.
7.5  Teknik Pengumpulan data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan perincian sebagai berikut:
Data Primer diperoleh dari:
a.         Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan pertanyaan kepada responden yang mengerti dengan keadaan suku batak toba dan Nias dikelurahan Siababangun.
b.        Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan lengsung kepada objek peneliti serta melakukan pencatatan yang dianggap relevan dengan penelitian.
Data sekunder diperoleh melalui:
a.         Penelitian kepustaka, cara ini ditempuh dengan mempelajari buku, tulisan karya ilmia yang berhubungan dengan keadan suku batak toba dan Nias
b.      Studi dokumentasi, cara ini dilakukan dengan jalan melakukan pendahuluan terhadap catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian.
7.6  Teknik Analisa data
Analia data yang penulis pergunakan adalah analisa data kualitataif yang menggunakan pengkajian data secara deskriptif yaitu analisa data yang berusaha memberikan gambaran yang jelas dan terperinci berdasarkan kenyataan yang ditemukan dilapangan melalui hasil wawancara kemudian ditarik kesimpulan.












Daftar Pustaka

Arja Sadjiarto, Harmonisasi Antar Keluarga, PT. Gramedia Persada, Jakarta, 2010
Bagaong Suyanto, & Sutinah, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku, diakses pada Tanggal 04 Desember 2013




[2] Arja Sadjiarto, Harmonisasi Antar Keluarga, PT. Gramedia Persada, Jakarta, 2010
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Suku, diakses pada Tanggal 04 Desember 2013
[4] Bagaong Suyanto, & Sutinah, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar